Selasa, 13 Januari 2015

Ingin Rasanya Kusampaikan


Ingin rasanya kusampaikan pesan rindu ini padamu, tapi apalah daya, tangan tak sampai, pesan tak dapat terkirim, satir itu terlalu tinggi.
Air mata mengalir begitu saja tanpa diminta, mungkin dia juga tahu rinduku tak tersampaikan.
Apa kamu sedang menatap rembulan seperti yang pernah kuminta saat itu?
Apa kamu sedang menulis pesan padaku seperti yang kuminta saat itu?
Apa kamu sedang mengingat obrolan terakhir kita?
Pandangan mata yang menyayat hati itu bahkan masih dapat kulihat disana.
Kesakitanku apakah berarti untukmu?
Masihkan kau ingat aku pernah mengatakan ingin bercerita banyak saat bertemu denganmu?
Masihkah kau ingat aku memintamu unutk bercerita tentang duniamu disana?
Masihkah?

Pesan-pesanmu masih tersimpan manis disini
Pesan-pesan yang selalu mengingatkanku bahwa kau benar-benar ada dan bukan suatu utopia
Pesan-pesan yang mengobati sakitku karenamu

Terimakasih telah memberi hal-hal indah di hidupku
Hal indah yang terkadang mengungkap pahitnya kisah denganmu

Makna Gerak Sejarah menurut Karl Marx


Makna Gerak Sejarah menurut Karl Marx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   LatarBelakang
Banyak orang yang berkata bahwa orang harus berfilsafat, tapi kadang kala orang sering kali belum tentu mengerti apa sebenarnya filsafat itu sendiri? Demikianlah pertanyaan awal yang  harus dipahami manakala ingin mengerti apa sebenarnya ilmu filsafat itu. Para Sejarawan juga harus menggunakan ilmu filsafat dalam menemukan kebenaran sejarah. Sehingga muncul istilah filsafat sejarah.
Jika Ilmu sejarah mengkaji masalah waktu dan peristiwa. Jadi filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alas an segala peristiwa sejarah.
Kedudukan dan status filsafat sejarah merupakan cabang dari filsafat  yang berhubungan dengan sejarah sebagai ilmu ( yang mempunyai sistematika). Dalam sistematika tersebut tidak ada yang namanya filsafat sejarah maka lebih tepatnya sebagai anak cabang atau ranting dari ilmu sejarah.
Filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan serta berusaha masuk ke dalam  dan pikiran cita-cita manusia sendiri dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya suatu Negara, bagaimana proses perkembangan kebudayaannya sampai mencapai puncak kejayaannya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti pernah dialami oleh Negara-negara atas pada zaman yang lalu disertai peran pemimpin terkenal sebagai subjek pembuat sejarah pada zamannya.
Ada banyak tokoh yang berpengaruh dalam filsafat sejarah. Dalam makalah ini kami akan membahas filsafat sejarah menurut pandangan seorang tokoh yang mempelopori aliranMarxisme, yaitu Karl Marx.
Pengaruh dari pemikiran Karl Marx tidak bisa diragukan lagi dalam sejarah perjalanan dunia ini. Marx tidak hanya merangsang perubahan cara berpikir manusia, tetapi juga mengubah cara manusia untuk bertindak. Seperti dikatakan Marx sendiri, “Para filosof hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai cara; masalahnya adalah bagaimana mengubah dunia.” Hal inilah yang kemudian membedakan Marx dari filosofi lain, misalnya, Auguste Comte, IbnuKahldun, Martin Heidegger, bahkan David Hume. Meskipun pemikiran David Hume tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan pemikiran beliau berdampak pada kehidupan masyarakat luas, namun efeknya tidak sebesar Karl Marx. Filsafat Marx lebih diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebagai ideologi, “Marxisme” menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial. Aliran pemikirannya termasuk dalam kategori filsafat idealis, yakni selalu membicarakan bagaimana cara manusia untuk menjadi makhluk yang sempurna.  Embrio doktrin humanism ini kemudian dikembangkan para filosof setelahnya.
1.2.   Rumusan masalah
1. Bagaimana gerak sejarah menurut pemikiran Karl marx?

1.3.   Tujuan
2.      1. Mengetahui pemikiran-pemikiran dari Karl Marx.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Gerak Sejarah serta Penggerak dalam gerak sejarah menurut Karl Marx
Masalah tentang gerak sejarah muncul karena manusia berusaha untuk merefleksikan dirinya. Namun bagi Karl Marx yang paling penting adalah Sejarah pasti bergerak. Mengenai Gerak Sejarah, Marx berpendapat bahwa yang pasti adalah gerak sejarah digerakkan oleh manusia itu sendiri. (Hadiwijono,2011: 123).
Mengenai sumber (motor) yang menggerakkan proses sejarah berbeda-beda menurut para ahli, begitu juga dengan Karl Marx. Menurut Karl Marx motor penggerak sejarah merupakan adanya pertentangan kelas, dimana pertentangan kelas tersebut akan berhenti dan bermuara pada suatu masyarakat tanpa kelas. (Daliman,2012: 28-29)
Karl Marx juga berpendapat bahwa geraak sejarah berpangkal pada kemajuan manusia dimana manusia sebagai penggerak utamnya. Karena sejarah merupakan medan perjuangan manusia, perjuangan menuju kemajuan. Keadaan yang memaksa manusia untuk selalu maju ini berpangkal pada kemajuan dalam bidang ekonpmi dan menjauhkan manusia dari Tuhan. Hal inilah yang menjadikan manusia berjuang lebih keras tanpa mengenal menyerah sehingga sejarah yang terjadi digerakkan oleh manusia. (Tamburaka,2002: 55) 
Karl Marx memang memandang bahwa realitas sejarah bersumber dari materi, yaitu ekonomi yang menggerakkan hidup manusia.
Menurut karl marx gerak sejarah tidak menuju ahirat tetapi menuju arah duniawi. Dalam hal ini faham yang sangat terkenal  dari karl marx (1818-1875) adalah faham histories matrerialisme. Pandangannya di dasarkan pada faham determinisme ekonomi atau lebih terkenal dengan “histories matrerialisme”. Gerak sejarah ditentukan oleh cara menghasilkan barang untuk keperluan  masyarakat. Cara produksi ini menentukan perubahan dalam masyarakat yang selalu bertentangan satu sama lain. (subagyo, 2011: 189).
Hal  ini senada dengan penjelasan dari Harun Hadiwijono dalam bukunya Sari Sejarah Filsafat Barat 2 yang menjelaskan bahwa yang menjadi pendorong semangat Karl Marx yang luar bisa dan menjiwai sampai masa kini adalah caranya menggabungkan cara berpikir hegel dan cara berfikir Feuerbach, yang disertai dengan keharusan mendalam terhadap keadaan sosial. Matearialisme yang dijelaskan Karl Marx jauh lebih mendalam dari yang dijelaskan oleh para matearilisme pada masa itu. (Hadiwijono,2011: 123).
Selain Hegel dan Feuerbach, Karl Marx juga sependapat dengan F.Engles (1820-1895). Pandangan mereka bersifat dialektis menunjukkan persamaan dengan Hegel. Meskipun ada perbedaan yang cukup mendasar, jika Hegel memandang roh (ide/akal) sebagai hal dasar dalam proses sejarah, berbeda dengan Karl Marx dan F.Engles yang lebih menitik beratkan pada historisme-materialisme sebagai inti karena proses sejarah bersumber dari materi, yaitu ekonomi. Proses sejarah dikuasai oleh hubungan ekonomi, ialah hubungan produksi. Produksi merupakan dasar struktur politik, sosial, bahkan keagamaan, serta seluruh hubungan manusia. (Daliman,2012: 38)
Keadaan masyarakat yang dimaksud adalah produksi dan pekerjaan manusia. Manusia ditentukan oleh produksi, baik hasil produksinya maupun cara berproduksi. Pandangan inilah yang disebut materialisme, yang berarti kegiatan dasar manusia adalah kerja manusia. Dalam hal ini pandangan Marx menerima Feurbach Menurut Feurbach, kenyataan indrawi yang konkret adalah Alam Material. Alam adalah dasar dasar terakhir dari kenyataan. Artinya serluru kenytaan dapat dikembalikan pada Alam Material sebagai sebagai kenyataan terakhir. (Hardiman, 2004: 228).
Bahwa kenyataan terakhir adalah objek indrawi dalam pengertian objek indrawi ini dipahami sebagai kerja atau produksi. Namun perbedaan dari Feurbach adalah dunia indrawi yang mengelilinginya itu bukan sesuatu yangada begitu saja, melainkan alam merupakan produk dari industri dan masyarakat dalam arti alam adalah produk dari sejarah
2.3.Pola Sejarah
Fanz Magnis dalam bukunya Berfilsafat dari Konteks menuliskan bahwa teori gerak sejarah yang dianut Karl Marx adalah teori siklus. Hal ini dikarenakan adanya revolusi yang mampu merubah tatanan sosial yang awalnya oleh kaum Borjuis justru bisa dikuasai oleh kaum proletar. (Magnis Franz, Suseno. 1992. Berfilsafat Dari Konteks. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.63). teori siklus menyatakan bahwa peristiwa sejarah tidak akan mengalami akhir, melainkan akan terjadi semacam pengulangan, sehingga tidak terdapat sesuatu yang baru. Tiap-tiap kejadian, peristiwa, dan fakta, tentu dan pasti akan terjadi lagi seperti yang telah terjadi sebelumnya. Denga pemikiran seperti ini, maka negeri dan kebudayaan , timbul dan tenggelam dalam urutan ulangan yang sama. Laksana tanaman, negeri dan kebudayaan iotu tumbuh lagi tanaman lain, berkembang, tua dan mati, dan seterusnya. (Purnomo,2009: 16).
Dalam aliran syclis atau siklus ada tiga aliran atau konsepsi pengkajian sejarah yang berpengaruh dalam ilmu sejarah:
1.      Aliran pertama, yang memandang kejadian sejarah (peristiwa) sebagai ulangan (syclis) dari kejadian terdahulu. Perulangan itu terjadi secara mekanis, merupakan lingkaran ulang. Pencerminan dari pandangan pada ucapan: Sejarah berulang (bahasa Prancis) “histoire seperete”. Jadi menurut pandangan ini, sejarah tidak mempunyai tujuan dan tak ada perkembangan. Manusia di dalam sejarah tinggal menunggu perulangan kejadian saja, kurang berikhtiar. Zaman yang akan datang terjadi seperti telah dikodratkan, manusia tidak akan mampu mengubah kadar itu. Peristiwa ynag terjadi karena sudah harus demikian.
2.      Aliran religius (ketuhanan); yang menafsirkan bahwasegala kejadian dalam sejarah semata-mata karena kehendak Tuhan. Manusia hanyalah merupakan pemegang peranan dari kehendak Tuhan. Manusia hanyalah merupakan pemegang peranan dari kehendak Tuhan. Aliran ini terutama dalam kalangan agama Kristen, yang dinamakan aliran: “Redemtive Philosopical viewpoint” pandang sejarah menurut kepercayaan atau dogma” penebusan dosa (bahasa inggris: to redeem artinya menebus), menuju ke arah meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan.
3.      Aliran evolusi, yaitu aliran yang memandang seluruh kejadian dalam panggung sejarah manusia adanya suatu garis yang menaik dan meningkat ke arah kemajuan dan kesempurnaan. Gerak sejarah merupakan garis linear, garis lurus yang menuju ke progress dan perfeksi. Karena itu aliran ini disebut “progressive philosophical viewpoint of history”.
Timbulnya aliran ini dimulai dengan munculnya pendapat-pendapat baru dalam berfikir di zaman renaissance (abad pencerahan) setelah abad pertengahan yang diliputi suasana kegelapan dengan cirri dominannya pengaruh gereja.
Ahli-ahli filsafat beralih dari dunia akhirat ke dunia fana ini saja. Timbul kepercayaan diri sendiri dan menebal, manusia harus menghargai dan memperuangkan dirinya sendiri. Dengan demikian sifat menyerah pada nasib berkurang dan muncullah rasa percaya diri unutk memperkuat rasa otonomi manusia. Karl Marx sebagai pendukung aliran ini melahirkan sifat ekstrim dengan mengesampingkan Tuhan dan sepenuhnya bergantung pada hokum ekonomi atau materi. (Tamburaka,2002: 54-55)
Dalam sumber lain, yaitu Prof. A. Daliman dalam bukunya Pengantar filsafat sejarah menyebutkan Karl Marx irama atau pola sejarah itu mengikuti pola garis lurus (linear). Proses sejarah yang mengikuti garis lurus (linear) ini dalam pandangan Karl Marx berkembang melalui tiga tahap, yaitu pertama adalah tahap primitive atau tahap antic, kedua tahap abad Pertengahan, dan ketiga tahap borjuis-kapitalis.
dalam pandangan karl marx bersifat progres/linier. Pemikiran ini sangat dipengaruhi ileh hegel. Hegel memahami sejarah sebagai gerak ke arah rasionalitas dan kebebasan yang makin besar. Disebutkan dalam manifesto komunis bahwa sejarah umat manusia dulu dan kini adalah merupakan sejarah pertentangan kelas dimana motor perubahan dan perkembangan masyarakat adalah pertentangan antar kelas. Menurut marx yang menentukan jalannya sejarah bukan individu- individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial yang masing-masing mamperjuangkan kepentingan mereka. Kepentingan mereka bukan apa yang kebetulan diminati oleh orang-orang tertentu, melainkan ditentukan secara obyektif oleh kedudukan kelas masing-masing dalam proses produksi. Fase perkembangan sejarah masyarakat menurut Marx dimulai dari mesyarakat komunal primitive, masyarakat feodal, masyarakat yang sistemnya kapitalisme, masyarakat sosialis dan terakhir adalah masyarakat komunis. Marx melihat bahwa dari lima tahap perkembangan sejarah yang dihampiri lewat analisis ekonomi itu, ditemukan adanya dua factor kunci yang mendasari segala proses didalamnya. Pertama adalah kekuatan produksi (orang, alat, bahan baku, pengalaman, teknologi). Yang kedua adalah  hubungan produksi (antar individu dengan individu juga antara individu dengan alam). (Suseno,1977: 25-26).
Dari kedua teori diatas, lebih tepat pada Karl Marx adalah penganut teori linear. Dalam hal ini teori linear sama dengan teori evolusi dari teori siklis.
2.4.Filsafat Sejarah
Dalam filsafatnya, Karl Marx mengajarkan teori perubahan yang disebut dialektik historis materialisme. Dalam hal ini Marx mengembil dari teori Hegel. Teori dialektik historis materialism menjelaskan bahwa filsafat, sejarah, dan masyarakat itu mempunyai hubungan. Marx memandang dunia ini sebagai dunia yang masih dalam proses dan belum jadi. Dunia ini selalu dalam proses maju tetapi selalu ada pengulangan-pengulangan, serta melalui tahap-tahap yang pernah dilalui. (purnomo,2009: 28).
Inti dari ajaran Marx adalah “materialism historis”. Pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh filsafat “Hegelian sayap kiri” yang menitik beratkan pada materi.
Pemikiran Karl Marx tidak hanya sekedar teori melainkan ideologi Marxisme dan Komunisme. Ideologi dalam sejarah telah menjadi kekuatan sosial dan bahkan kekuatan politik. Dalam sejarah filasafat barat hanya Marx yang mengembangkan sebuah pemikiran yang pada dasar filosofis namun kemudian menjadi perjuanagan gerakan pembebasan. Motor perubahan dan perkembangan antara kelas-kelas sosial bukan oleh individu-individu. Menurutnya sejarah tidak tepat jika di pandang sebagai hasil tindakan orang-orang besar dan raja-raja.
Yang menjadi pokok pikiran dalam matrerialisme historis yaitu:
Faktor yang paling penting yang menyebabkan perkembanagan sejarah adalah faktor ekonomis. Dari hal tersebut timbul yang namanya perbuatan rohani seperti, kebudayaan, kesenian, agama dll. Sebagaimana pidatonya di makam Marx, Engels menyatakan bahwa “ manusia pertama kali harus makan, minum, mempunyai tempat tinggal dan pakaian, sebelum berpolitik, ilmu pengetahuan, seni, agama, dan sebagainya.
Menurut Marx, perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang ekonomi. Ciri khas bidang ekonomi konflik antara para pemilik alat-alat produksi dan para pekerja. Yang pertama adalah kelas atas karena mereka menguasai bidang produksi dan hidup dari penghisapan kaum buruh. Kaum buruh adalah kelas bawah yang terpaksa menjual tenaga kerja mereka kepada para pemilik. Negara (bangunan atas politik) dikuasai oleh ekonomi dan oleh karena itu melayani kepentingan mereka. Agama, pandangan-pandangan moral, dan nilai-nilai budaya (bangunan atas ideologis) memberikan legitimasi pada struktur kekuasaan kelas tersebut. Konflik antara kelas atas dan kelas bawah selalu memuncak dalam sebuah revolusi yang menjungkirbalikkan seluruh tatanan lama dan meletakkan dasar tatanan baru yang akan berkembang menurut hukum yang sama. Oleh karena itu, manifesto komunis (1848) menyatakan bahwa sejarah semua masyarakat sampai sekarang adalah sejarah perjuangan kelas. (Suseno,1992: 63).

BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
1.        Makna gerak sejarah dan penggeraknya
Gerak sejarah menurut Kral Marx geraak sejarah adalah hal yang pasti. Adapun penggerak utama dalam gerak sejarah menurut Karl Marx adalah manusia. Manusia memiliki tanggungan untuk memperjuangkan hidupnya.
Perjuangan hidup itu dikarenakan semua aspek kehidupan berpangkal pada kehidupan yang bersifat material disini adalah dunia ekonomi. Sehingga semua lini kehidupan berpandangan pada ekonomi.
2.      Pola Sejarah
Pola Sejarah menurut Karl Marx menganut pola linear, yaitu pola sejarah itu mengikuti pola garis lurus (linear). Fase perkembangan sejarah masyarakat menurut Marx dimulai dari mesyarakat komunal primitive, masyarakat feodal, masyarakat yang sistemnya kapitalisme, masyarakat sosialis dan terakhir adalah masyarakat komunis.
3.      Inti dari ajaran Marx adalah “materialism historis”. Pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh filsafat “Hegelian sayap kiri” yang menitik beratkan pada materi. Menurut Marx manusia mewujudkan dirinya kepada suatu tujuan tertentu, dengan demikian ia menolak dengan tegas bahwa manusia dan kerja kerasnya lah (materi) yang membentuk eksistensi manusia dan sejarah.


DAFTAR PUSTAKA

Daliman, Ahmad. 2012. Pengantar Filsafat Sejarah. Yogyakarta: Ombak
F. Budi Hardiman. 2004. Filsafat Barat Modern, Jakarta : Gramedia 
F. Magnis suseno. 1977 Ringkasan Sejarah Marxisme dan Komunisme, Jakarta : Diktat STF Driyarkara,
Franz Magnis-Suseno. 1992 Berfilsafat dari Konteks Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hadiwijoyo, Harun. 2011. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: KANISIUS
Purnomo, Arif. 2009. Filsafat Sejarah. Semarang: Unnes Press
Subagyo. 2011. Membangun kesadaran sejarah. Semarang: widya karya.
Tamburaka, Rustam E. 2002. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah Sejarah Filsafat & Iptek. Jakarta: PT Rineka Cipta

PABRIK RENDENG DAN TANAM PAKSA DI KARESIDENAN PAT


PABRIK RENDENG DAN TANAM PAKSA DI KARESIDENAN PAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kesulitan financial yang dihadapi Belanda sebagai akibat Perang Jawa: 1825-1830 di Indonesia dan Perang Belgia: 1830-1831 di negeri Belanda serta budget negeri Belanda sendiri yang dibebani oleh bunga yang berat, dan harapan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan yang besar dari koloni-koloninya, terutama dari Jawa dengan jalan apapun merupakan motif utama pelaksanaan tanam paksa (cultuur stelsel) oleh van den Bosch sejak 1830 (Daliman,2012:29).
Peristiwa naiknya Gubernur Jenderal van den Bosch pada tanggal 16 Januari 1830 menggantikan Gubernur Jenderal van der Capellen menandai kebangkitan kekuasaan kaum konservatif di Parlemen Belanda. Pada pemerintahan baru ini, van den Bosch menerapkan aturan yang disebut dengan Cultuurstelsel (Cultivation System) yang berarti sistem tanam paksa yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami tanaman komoditi ekspor. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif singkat. Sistem tanam paksa ini merupakan era paling eksploitatif dalam pemerintahan Hindia Belanda dimana sistem ini lebih keras dan kejam karena dalam prakteknya banyak sekali penyimpangan yang justru dilakukan oleh penguasa lokal akibat adanya Cultuur Procenten.
       Sistem Tanam Paksa yang memaksa rakyat menanam tanaman tertentu sekaligus menjualnya dengan harga yang ditetapkan pemerintah Belanda ternyata menjadi aset penting karena mampu mencukupi dan menciptakan kemakmuran negeri Belanda, bahkan Bosch mendapat gelar Graaf dari pemerintahannya atas keberhasilannya di tahun 1839. Namun disisi lain hal ini mengakibatkan rakyat banyak yang menderita dan sengsara. Akhirnya pemerintah Belanda bereaksi dengan munculnya pertentangan antara golongan liberal dan humanis dan di tahun 1870 secara resmi sistem tanam paksa dihapus dengan munculnya Undang-Undang Land Reform (Agraria). Walaupun pada dasarnya sistem tanam paksa sangat menyengsarakan rakyat, ternyata memiliki hal positif diantaranya terbukanya lapangan pekerjaan, mengenal tanaman baru dan teknik penanamannya.
           Waktu Pemerintahan Hindia Belanda masih menguasai Indonesia, termasuk pulau Jawa. Kota Pati menjadi ‘Ibukota Karesidenan Pati’ membawahi Kabupaten Kudus, Rembang, Blora, Jepara dan Pati sendiri. Ada beberapa orang Belanda yang bekerja dipemerintahan sebagai pegawai Pemerintahan Hindia Belanda, antara lain Residen, ada yang di pekerjaan umum. Seperti pada daerah-daerah lainnya di pulau jawa, system tanam paksa juga terjadi di daerah tersebut (Jepara, Kudus, dan Pati). Di daerah tesebut rakyat juga diharuskan untuk menanam tanaman yang berlaku untuk pasaran luar sebagai hasil pemasukan kas untuk pemerintah Hindia-Belanda.
Makalah ini akan membehas tanam Paksa di Karesidenan Pati Khususnya di pabrik Rendeng yang merupakan salah satu peninggalan system tanam paksa.
1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pelaksanaan system tanam paksa di Karesidenan Pati?
2.      Bagaimana perkembangan pabrik Rendeng sebagai salah satu produk dari system tanam paksa di Karesidenan Pati?
1.3    Tujuan
1.      Menambah pengetahuan mengenai system tanam paksa di Karesidenan Pati
2.      Mengetahuan mengenai seluk beluk pabrik Rendeng sebagai peninggalan system tanam paksa di Karesidenan Pati

BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Tanam Paksa di Karesidenan Pati
Cultuurstelsel merupakan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pihak Belanda antara tahun 1830 hingga pertengahan abad ke-19. Sistem tanam paksa yang diterapkan pada zaman itu pada dasarnya adalah suatu penghidupan kembali sistem eksploitasi dari zaman VOC yang berupa pengerahan wajib dan sistem pajak tanah. Oleh karena itu ciri pokok tanam paksa terletak pada keharusan untuk membayar pajak dalam bentuk barang, yaitu berupa hasil pertanian mereka, bukan dalam bentuk uang (Noer Fauzi, 1999:29).
Menurut G. Moedjanto (1988: 17-18), Cultuurstelsel adalah istilah resmi pengganti cara produksi yang tradisional dengan cara produksi yang rasional. Tanam paksa adalah usaha pemerintah yang dalam pelaksanaannya menggunakan cara-cara paksa. Cultuurstelsel adalah sistem eksploitasi yang ditandai dengan :
a.          Cultuurstelsel merupakan kegiatan negara di bidang ekonomi
b.         Pemerintah Belanda dengan alat-alatnya ikut campur dalam masalah produksi
c.          Aktif mengurus kegiatan sampai ke pedalaman
d.        Penggunaan uang sebagai alat tukar makin merata sampai ke pelosok
Menurut ketentuan Lembaran Negara (Staatsblad) tahun 1834 No. 22 ketentuan pelaksanaan sistem tanam paksa adalah sebagai berikut :
a.          Persetujuan akan diadakan dengan penduduk di mana penduduk akan menyediakan sebagian dari tanahnya untuk penanaman tanaman perdagangan yang dapat dijual di pasaran Eropa.
b.         Bagian dari tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan ini tidak diperbolehkan melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki oleh penduduk desa
c.          Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman perdagangan tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
d.         Bagian tanah yang disediakan untuk menanam tanaman perdagangan dibebaskan dari pembayaran pajak tanah
e.          Tanaman perdagangan yang dihasilkan di tanah yang disediakan wajib diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda; jika nilai hasil tanaman perdagangan yang ditaksir itu melebihi pajak tanah yang harus dibayar rakyat, maka selisih positifnya harus diserahkan kepada rakyat.
f.          Panen tanaman perdagangan yang gagal harus dibebankan kepada pemerintah, sedikitnya jika kegagalan itu tidak disebabkan oleh kelalaian rakyat.
g.         Penduduk desa akan mengerjakan tanah di bawah pengwasan kepala-kepala, sedangkan pegawai-pegawai Eropa hanya akan membatasi diri pada pengawasan pembajakan tanah, panen, dan pengangkutan tanaman agar bisa berjalan dengan baik dan tepat pada waktunya (Noer Fauzi, 1999: 320).
Ketentuan-ketentuan di atas memang kelihatannya tidak terlampau menekan rakyat walaupun pada prinsipnya orang dapat mengajukan keberatan mengenai unsur paksaan yang terdapat dalam sistem tanam paksa seringkali jauh menyimpang dari ketentuan pokok, sehingga rakyat banyak dirugikan.
Penyelewengan dalam pelaksanaan tanam paksa mengakibatkan kemerosotan sosial ekonomi penduduk. Melihat keadaan ini golongan liberal menentang kebijaksanaan politik golongan konservatif yang sangat menyengsarakan rakyat.
Tanam Paksa ini juga terjadi di Karesidenan Pati. Yang menjadi komoditas pokok adalah Tebu, kopi. Sedangkan untuk daerah Kudus terdapat kopi, tebu, cengkeh. Untuk daerah jepara tanaman yang ditanam adalah tebu serta ada kopi namun dalam jumlah yang kecil (The Politics of Colonial Exploiations). Karena disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Khusus untuk penanaman tebu, maka di daerah-daerah gula seluruhnya terdapat 484.000 bahu tanah rakyat yang mana itu kira –kira setengah dari sawah yang ada.
Tugas petani bukan sekedar menanam, tetapi juga memproses hasil panennya untuk diserahkan di gudang-gudang pemerintah. Pengangkutannya ke gudang-gudang tersebut adalah tugas petani pula.
Waktu Pemerintahan Hindia Belanda masih menguasai Indonesia, termasuk pulau Jawa. Kota Pati menjadi ‘Ibukota Karesidenan Pati’ membawahi Kabupaten Kudus, Rembang, Blora, Jepara dan Pati sendiri. Hasil bumi dizaman kolonial Belanda yang terkenal di Karesidenan Pati adalah gula. Di Karesidenan Pati ada 5 pabrik gula yang besar, 2 di Kudus dan yang 3 ada di Pati. Tetapi saat ini Di Kudus terdapat satu pabrik gula, yaitu Pabrik Gula (PG) Rendeng. Tak jauh dari Kudus, yaitu di Pati, terdapat PG Pakis Baru dan PG Trangkil.
2.2    Seluk beluk pabrik rendeng
Di Kudus pada waktu itu perusahaan yang berkembang adalah pabrik Gula, yaitu Pabrik Gula Rendeng. Pabrik Gula Rendeng ini di dirikan pada tahun 1840 oleh N.V Mirandolie Voute en CO (M.V.C) yang berpusat di Den Haag, Nederland dan di Indonesia berpusat di Semarang. Pada saat Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942 pabrik gula Rendeng yang semula bernama ”Rendeng Suiker Fabriek” diubah namanya menjadi ”Rendeng Sitocho Kabushiki Kaisha”. PG Rendeng yang berdiri sejak 1840, membawahi lahan tebu yang ada di enam kabupaten di pantura timur mulai dari Blora, Rembang, Pati, Kudus, Demak dan Jepara. Luasan lahan di enam kabupaten yang memasok tebu ke PG Rendeng seluas 5.089 hektare.
Sekarang ini Performa mesin merupakan salah satu faktor menentukan dalam produksi gula kristal. Kapasitas produksi mesin PG Rendeng masih di bawah PG Pakis Baru dan PG Trangkil yang dikelola pihak swasta. Kapasitas giling mesin PG Rendeng hanya 24.500 kwintal per hari. Sedang kapasitas giling PG Trangkil, mampu mencapai 60 ribu kwintal per hari.
Sindonews.com - Usia mesin pabrik gula (PG) Rendeng Kudus yang sudah berusia ratusan tahun, membuat kapasitas produksi perusahaan di bawah PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) ini tidak maksimal.
Karena itu, butuh dana hingga Rp500 miliar agar perusahaan ini mampu mendongkrak produksi gula kristal di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

PG Rendeng yang berdiri sejak 1840, membawahi lahan tebu yang ada di enam kabupaten di pantura timur mulai dari Blora, Rembang, Pati, Kudus, Demak dan Jepara. Luasan lahan di enam kabupaten yang memasok tebu ke PG Rendeng seluas 5.089 hektare.
Administrator PG Rendeng Kudus, Teguh Agung Tri Nugroho mengatakan, bahan baku tebu untuk membuat gula kristal di wilayah pantura timur Jateng sebenarnya masih melimpah, yakni sekitar 20 juta kwintal setahun. Namun yang mampu terserap PG Rendeng hanya sekitar tiga juta kwintal tebu.
Dari jumlah tersebut, gula kristal yang mampu diproduksi perusahaan yang dipimpinnya masih dalam angka ratusan ribu kwintal. Pada 2011, gula kristal yang diproduksi sebanyak 114.171,00 kwintal. Pada 2012, meningkat menjadi 188.262,00 kwintal.
Tahun ini, diproyeksikan gula kristal yang mampu diproduksi sebanyak 243.782,87 kwintal. Musim giling tahun ini dimulai 12 Mei. Proses produksi gula kristal tersebut akan berlangsung hingga 137 hari ke depan atau berakhir pada 2 Oktober 2013.
Kapasitas mesin produksi kita memang kecil, usianya juga sudah ratusan tahun. Energi memang sesuatu yang paling vital dalam perusahaan ini. Mulai dari boiler, turbin generator, hingga gilingan milik kita memang sudah berumur," katanya di Kudus, Sabtu (27/4/2013).
Performa mesin merupakan salah satu faktor menentukan dalam produksi gula kristal. Kapasitas produksi mesin PG Rendeng masih di bawah PG Pakis Baru dan PG Trangkil yang dikelola pihak swasta. Kapasitas giling mesin PG Rendeng hanya 24.500 kwintal per hari. Sedang kapasitas giling PG Trangkil, mampu mencapai 60 ribu kwintal per hari.
Idealnya, memang perlu adanya revitalisasi pabrik untuk mendongkrak produksi gula kristal. Namun, hal itu tidak mudah. Sebab membutuhkan dana sekitar Rp500 miliar atau 30 persen dari biaya membangun pabrik baru, persoalannya laba yang kita dapatkan tidak mampu menutupi kebutuhan untuk revitalisasi pabrik itu.
Terlepas dari kecilnya kapasitas produksi gula kristal yang mampu dihasilkan, dalam tiga tahun terakhir ini pihak Rendeng tetap berupaya menggenjot produktifitas tanaman tebu yang ada di enam kabupaten. 
Salah satu caranya dengan progam peremajaan bibit tanaman tebu. Sejak 2011, areal tebu binaan PG Rendeng yang sudah diremajakan sekitar 20 persen. Karena keuntungan yang diperoleh tidak hanya produktivitas tebu yang meningkat tapi kualitasnya juga kian baik
.
Dampak positif yang ditimbulkan oleh pabrik gula Rendeng sendiri adalah membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat. selain itu ada juga dampak negatifnya yaitu adanya limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula, akan tetapi limbah tersebut dapat ditangani sehingga tidak banyak berpengaruh pada masyarakat sekitar, dan limbah itu dapat dimanfaatkan seperti untuk pupuk pertanian, bahan bakar ketel pada Pabrik Gula Rendeng, bahan bakar untuk memasak yang banyak dimafaatkan oleh masyarakat sekitar. Sedangkan pada limbah cair dialirkan kesawah-sawah pertanian yang bisa menyuburkan tanaman karena dalam limbah cair bakterinya sudah dibersihkan dengan pupuk urea dan TSP (Tri Super Phosfat).
     Tanaman Tebu sampai sekarang ini masih bisa ditemui diderah Kudus. Banyak para petani yang berminat untuk menanamnya wilayahnya meliputi semua kecamatan di Kota Kudus, kecuali Kecamatan Undaan. Produksi terbesar terdapat di Kecamatan Dawe. Jenis perkebunan di Kabupaten Kudus yang terbesar adalah tanaman tebu dengan luas areal 6.237,62 Ha dan jumlah produksi 370.182,8 ton. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di Pabrik Gula Rendeng. Sedangkan pengolahan tebu untuk dijadikan gula tumbu dilakukan sendiri oleh petani. Kebanyakan tebu di Kabupaten Kudus cenderung diolah sendiri oleh petani, karena untuk masuk ke penggilingan Pabrik Gula Rendeng yang masih dioprasikan hingga saat ini dan masih banyak hambatan baik antrean giling, tingkat rendemen, maupun persaingan harga jual.
Kondisi sosial ekonomi Sejak pemerintah menetapkan Inpres No.9 Tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi, Pabrik Gula Rendeng menunjukan perkembangan yang sangat berpengaruh bagi masyarakat sekitar. Perkembangan itu meliputi produksi, ketenagakerjaan, luas lahan tebu, pemasaran, kesejahteraan karyawan buruh pabrik gula Rendeng, dan perkembangan ekonomi masyarakat sekitar.
Sekarang sudah setahun lebih Pabrik Gula (PG) Rendeng Kudus mulai dimanfaatkan untuk aktivitas  wisata edukasi yang biasa diperuntukkan bagi pelajar, dan hal ini berlaku hingga sekarang. Administratur PG Rendeng, Ir Agung Tri Nugroho melalu staf PG Rendeng, G Tri Priyanto menjelaskan, memang PG Rendeng yang berdiri tahun 1840 tersebut sampai saat ini sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan salah satunya saat ini masih didominasi oleh para pelajar.
PG Rendeng yang berada dibawah pengelolaan PTPN IX (Persero) hingga saat ini masih berporduksi. Jenis gula yang dihasilkan adalah SHS 1A atau gula kristal putih, dengan jumlah tebu yang digiling sebanyak 3,5 juta kuintal yang diperoleh dari enam wilayah kabupaten.
Mengenai prosedur kunjungan hal itu cukup mudah, tinggal mengirimkan surat permohonan untuk ijin berkunjung, sehingga pihaknya akan mengatur jadwal dan persiapan yang dilakukan.
Banyak manfaat jika mengunjungi PG Rendeng, selain mengetahui lebih dekat bagaimana proses tebu diolah kemudian menjadi gula. Disisi lain mengenal sejarah cagar budaya ciptaan kolonial Belanda berupa bangunan.
Pengunjung diharapkan nantinya bisa dikenalkan bagaimana tradisi awal musim giling. Sebab keunikan di PG Rendeng tidak hanya berbicara soal teknologi, tetapi juga menjaga kerukunan saat musim giling berlangsung agar menghasilkan gula yang berkualitas.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Kebanyakan jenis tanaman yang ditanam pada masa tanam paksa yang terjadi di daerah jepara, kudus, pati adalah tebu, kopi dan juga cengkeh untuk daerah kudus. Penanaman tebu membawa beban yang sangat berat bagi rakyat karena menuntut pengolahan tanah yang intensif, pengairan, pemeliharaan. Berbeda dengan kopi yang justru memerlukan tanah yang agak tandus (woeste gronden). Yang tidak dapat digunakan untuk persawahan, terutama dilereng-lereng gunung. Tetapi ada segi positifnya ketika waktu panen datang meskipun banyak makan waktu dan tenaga, tetapi dari hal itu industri gula banyak menciptakan kesempatan kerja dan rakyat memperoleh tambahan pendapatan.
Terbukti dengan berdirinya Pabrik Gula Rendeng Dampak positif yang ditimbulkan oleh pabrik gula Rendeng sendiri adalah membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu ada juga dampak negatifnya yaitu adanya limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula, akan tetapi limbah tersebut dapat ditangani sehingga tidak banyak berpengaruh pada masyarakat sekitar, bahkan limbah tersebut juga dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian.
Sampai sekarang pabrik gula Rendeng masih beroprasi menghasilkan gula jenis SHS 1A atau gula kristal putih. Selain itu pabrik ini juga dijadikan sebagai objek wisata.




DAFTAR PUSTAKA
Daliman.2012. Sejarah Indonesia Abad XIX - Awal Abad XX. Yogyakarta: Ombak
Moedjanto G. 1988. Indonesia Abad ke-20 (jilid I) : Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius.
Niel, Robert van.2003. Sistem Tanam Paksa di Jawa. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Noer Fauzi. 1999. Petani dan Penguasa. Bandung : Insist.
Poesponegoro, Marwati.D. Nugroho, N. 1993 Sejarah Nasional Indonesia IV edisi ke IV. Jakarta: Balai Pustaka.
Sumber Internet:
http://id.politik-kolonial-van-den-bosch-sistem.(OnLine) (Diunduh pada hari jumat 5 Desember 2014)
http://id.potensi-daerah-kabupaten-kudus.(OnLine) (Diunduh pada hari jumat jumat 5 Desember 2014)

Artikel :
Guntur Arie Wibowo. 2014. Sistem tanam paksa dan dampaknya terhadap masyarakat pedesaan oleh
Skripsi:
 Siti Maryam. 2009. Perkembangan Pabrik Gula Rendeng Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 1975-1997. Skripsi, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.