Senin, 17 Agustus 2015

Tiba-tiba...

Tiba-tiba aku tahu bagaimana rasanya tak berani menoleh pada seseorang padahal aku ingin Tiba-tiba aku dapat merasakan jantung yang tiba2 memompa darah dengan cepat walau aku tak sedang ketakutan atau sedang dikagetkan Tiba-tiba aku meraskan bagaimana badan serasa dingin meski jaket tebal menempel di badan Kenapa? Pertanyaan itu muncul begitu saja saat aku melewatinya Pernyataan bahwa aku tak bisa menjaga diriku untuk berperilaku seolah tak mengetahui dia disana Kata hati yang mempertanyakan tapi seolah mempernyatakan bahwa aku semakin tak bisa membohongi diriku bahwa aku… Entahlah kenapa aku merasa berbeda dengan dia Aku tak tahu apa yang menguatkan apa yang dapat meyakinkanku tentang dia, Dia tak lebih dari orang lain Dia yang biasa menjadi seseorang yang menemaniku beradu argument Dia yang senantiasa mendampingiku saling bersitegang Rasanya sekarang berbeda Dia bukan seperti dia yang dulunya biasa bagiku Dia yang membuatku tak berani walau sekadar menatapnya Aku takut dia membaca rautku Dia yang tiba-tiba membuatku salah dalam bertingkah di hadapannya Dia yang sering membuatku berpikir keras kenapa aku bisa selalu memikirkannya Beharap namanya hadir dalam inboxku setiap malam Tapi tak pernah berani mengutarakan banyak hal dihadapannya Kami tak pernah saling berhadapan dan berbicara dengan santai tanpa adanya kata-kata saling sindiran tanpa ada yang mau menyingkirkan ego masing-masing Kami karang yang terus terhempas ombak Mencoba saling bertahan dengan kekerasan kami masing-masing Kami sepertu rumput liar yang menguatkan akarnya dengan angin kencang yang berusaha mengangkat segala hal Sama-sama selalu mempertahankan sikap keras kami tanpa ada yang memilih untuk tersenyum mundur Hal gila yang ternyata memunculkan kerinduan ketika tak menemuinya Terkadang muncul perasaan aneh yang orang lain sebut dengan “cemburu” haha Aku pun tak mau meberi nama akan hal itu Hal yang datang begitu saja ketika apa yang kau fikir menjadi milikmu diambil orang lain Hal yang seolah mengatakan ‘aku yang harusnya berada disana’

Antara jadi dan tak jadi :')

Sampai sekarang,, kenapa sepertinya hanya aku yang merasa sakit,, Kau tetap baik-baik saja disana? Lalu kenapa rasanya aku merasa sakit? Seberapa lama waktu yang telah terlewati? Apa sudah sama dengan lamanya saat aku menunggu darimu? Apa sudah sama sakitnya dengan apa yang kurasa terhadapmu? Apa sudah setara dengan yang tak kunjung kudapat? Sering kulirihkan suara nafasku hanya untuk mendengar suaramu diseberang sana Sering kupelankan jalanku hanya untuk melihat siluetmu sejenak Sering kutahan sakitnya hanya untuk bersabar menghadapimu Apa kau juga seperti itu? Apa kau juga merasa akan hal-hal itu? Itu hal yang sederhana, bukan? Tersadari atau tidak jarak ini semakin lebar Tersadari atau tidak aku semakin tak dapat mendengar suaramu Tersadari atau tidak aku semakin tak dapat merasakan sakit itu (lagi) Rasa ini menjadi-jadi,, Antara jadi dan tidak jadi Terkadang itu nyata, tapi ternyata semu Terkadang jadi saat hal yang orang lain sebut dengan “cemburu” itu muncul Terkadang juga tak jadi ketika pikiran “apa yang ada didirimu yang membuatku tertarik?” itu muncul Lagi dan lagi,, perasaan itu menjadi-jadi Antara jadi dan tak jadi Semarang, 16 januari 2015

Ayah :)

Ini tentang seseorang yang selalu memanggilku dengan “Mala”  Aku terlahir dengan nama Shofwatul Mala itu usul Ibuku yang beliau katakana meniru nama dari seorang putri Kyai yang kurasa disetujui saja oleh Bapakku, yak arena memang nama itu bagus haha. Mbahku juga menyukainya, kata mbahku namau memiliki arti “sebening/ sejernih-jernih manusia”. Seperti orang-orang lain, nama panggilanku berbeda, yaitu “Lala”. Ya kata Ibuku sih karena dulu masku gk bisa ngomong Mala, jd manggile Lala sampai ditiru sama orang-orang. Tapi itu seperti tidak berlaku bagi Bapakku, nama Mala selalu terucap dari beliau, mungkin karena memang itulah namaku. Dari semua anggota keluarga memang hanya Bapakku yang selalu manggil aku “dek Mala”, bahkan mungkin satu desaku yang manggil aku Mala ya Cuma Bapakku, Noor Said bin Jupri. Bapakku adalah orang yang sangat luar biasa. Meskipun beliau orang yang keras dan gengsinya tinggi, tapi beliau selalu menyayangi kami anak-anaknya. Bapakku orang yang luar biasa, beliau tak pernah mengekang anak-anaknya utnuk memilih apapun hal yang mereka sukai, tapi tentu saja tetap mengarahkan. Seperti suatu hari saat bapakku mengajar ngaji kami bertiga (aku, kak yusuf, n dek fikar), bapakku ngomomg gini “bapak ikhlas dan ridlo kalian milih di dunia apapun, bahkan sampai kalau yusuf milih dunia seni juga gak apa-apa, yang penting jangan pernah tinggalkan ibadah. Sejak saat itu aku makin sadar kalau bapakku begitu menyayangi anak-anaknya dengan caranya sendiri. Yang aku ingat lagi saat milih jurusan kuliah :D Awalnya aku milih PGSD, hingga bapakku bilang gini “gimana kalau ganti jurusan? Kalau kamu milih PGSD orientasi kuliahnya pasti hanya untuk kerja d SD, ya emang sih nyari ilmu juga, tapi kan pasti karena ingin jadi pegawai d SD karna memperhitungkan banyak peluang jadi guru SD. Ya gak? Tapi kalau kamu ambil jurusan lain nanti diniati nyari ilmu di bagian jurusan itu, gimana” setelah itu aku ajukan proposal antara sejarah dan biologi, bapakku pun meng acc nya. Selain itu juga petimbangan akan kekhawatiranku jika aku gak sabar ngajar SD lalu anak-anaknya kurang paham dengan pengajaranku, karena pengalaman ngajar adikku yang membingungkan -_-‘. Teng teng… sekarang saya di Pendidikan Sejarah :D Bapakku memang luar bias . Aku yang sebelumnya tak pernah terfikir untuk ambil S2 jadi semangat karena inget omongan Bapakku “Mala setelah S1 kalau ada rezeki langsung lanjut S2, nanti Bapak akan usaha keras, siapp?? ” lucu lagi pas Bapakku bilang “Mala nikahnya habis S2 ya?” *twengggg…. -_-‘ Sejak saat itu aku terpacu untuk menggapai mimpi S2, aku ingin di UGM, yups ambil Sejarah tentunya. Yups, kata-kata Bapakku itu menyemangatiku unutk menggapai gelar M.Pd ^_^ Itulah beliau Bapakku yang sangat hebat, sabar menghadapi kami anak-anaknya, tegas dengan semua kebijakannya. Kami anak-anaknya emang sih bisa dibilang takut karena hormat hehe, tapi yang pasti kami sangat menyayanginya :-* Beliau yang tak pernah mengucapkan kata lelahnya Beliau yang tak pernah menunjukkan letihnya berjuang demi kami ketiga kurcaci nakalnya Beliau yang selalu mengalirkan petuah-petuah untuk anak-anaknya Tak pernah bosan dengan dengan omelan panjang mamak haha Hanya tertawa maklum dengan kecerewetan dua perempuan di istana kami Maaf atas kenakalan kami bapak  Maaf atas kenakalanku  Terimakasih atas peluhmu selama ini Terimakasih atas tuntunan bapak selama ini Meski aku tahu terimakasihku tak akan pernah cukup untuk menunjukkan betapa banggaku terhadapmu Tapi yang ku tahu Bapakku luar biasa ^_^