Gong Raksaksa dan Perang Obor dari
Jepara
Kita sering mendengar bahwa Jepara
terkenal dengan Kartini. Yang tak kalah terkenal dari Jepara juga selogan
“Jepara Kota Ukir” dan “Gugusan Kepulauan Karimunjawa”, Namun dibalik itu semua
masih ada banyak hal menarik dari Jepara, beberapa dari itu adalah tentang gong
perdamaian dunia yang diproduksi di Jepara dan tentang sebuah tradisi unuk
yaitu perang obor. J
Anda
pernah melihat gong perdamaian dunia di
Bali yang dipasang pasca ledakan bom bali 2002? Taukah dimana dan bagaimana
gong sebesar itu dibuat?. Dan pertanyaan itu akan terjawab di Jepara. Di desa
Plajan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara. Di Desa yang berjarak 22 Km dari
ibu kota Jepara ini juga terdapat gong perdamaian dunia berusia lebih dari 450
tahun yang dimiliki oleh ibu Musrini, beliau merupakan ahli waris pemilik gong
generasi ketujuh. Menurut para ahli, gong tersebut dibuat oleh seorang wali
utama pada kerajaan Demak. Gong perdamaian dunia yang diproduksi di Desa Plajan
telah dikirim ke 46 negara. Diantaranya merupakan Gong Perdamaian Asia-Afrika
dan Gong yang berada di gedung Putih Amerika Serikat. Sekarang produksi gong
perdamaian ini dikelola oleh bapak Djuyoto Suntani yang memiliki mimpi besar
untuk menyatukan dunia, dan gong inilah yang menjadi simbol perdamaian dunia
itu. Selain replika gong perdamaian dunia, di Desa wisata yang dapat ditempuh
kurang lebih 30 menit dari pusat kota ini dibangun juga museum gong perdamaian
dunia yang dinamakan situs pusat bumi, karena didalamnya akan dikumpulkan
tanah-tanah dari 202 negara, namun sekarang baru terkumpul sebanyak 132 negara.
Hal
lain yang jarang terekspose dari Jepara adalah sebuah tradisi unik sarat makna,
yaitu Perang Obor. Ini adalah ritual
sedekah bumi yang bertujuan untuk tolak bala dan rasa syukur atas penen yang
melimpah. Diadakan pada senin pahing malam selasa pon atau sepuluh hari pada
bulan Dzulhijjah di desa Tegalsambi, 3 Km dari pusat Kota Jepara ini
dilaksanakan tiap tahunnya. Perang obor dimulai dengan doa bersama dirumah kepala
desa setempat dilanjutkan dengan saling memukulkan senjata berupa pelepah
kelapa dan daun pisang yang telah mongering. Obor tersebut setinggi 3 meter dan
berdiameter kurang lebih 10 cm. uniknya perang obor ini hanya boleh di lakukan
oleh laki-laki dewasa asli penduduk Tegalsambi.
Demikian deskripsi singkat dari
keunikan lain di Jepara. Jangan lupa menyempatkan mampir ke destinasi-destinasi
diatas saat berkunjung ke Jepara. @shofwatul_mala ^_^
0 komentar:
Posting Komentar